Tantangan
DalamMencari Prospek
Migas Baru
Dewasa ini industri hulu migas tengah menghadapi tiga tantangan utama.
Pertama, bagaimana menemukan potensi hidrokarbon pada frontier area melalui kegiatan eksplorasinya. Kedua, pemanfaatan teknologi untuk mengoptimalkan produksi di lapangan-lapangan migas yang sedang dikelola. Dan ketiga, mengembangkan temuan-temuan migas baru di area yang sudah mature.
Sejauh ini issue yang ketiga yang paling memberikan dampak besar terhadap suplai migas dunia dalam jangka waktu dekat ini.
Keberhasilan dalam menemukan cadangan-cadangan migas baru, khususnya di frontier area, masih merupakan barang mewah dan mahal, yang belum tentu setiap oil company mampu mendapatkannya. Seperti kata Robin Hamilton (Team Leader Shell International E&P, Hous-ton), bahwa successful frontier exploration is the industry champagne and caviar. Sementara itu, keberhasilan penemuan prospek-prospek mi-gas baru di mature area merupakan makanan pokoknya atau bread and butter. Walaupun kepuasan para eksplorasionis jauh berbeda saat menemukan cadangan baru dari frontier area dibanding dengan menemukan prospek di area yang sudah mature.
Intellectual White Space
Pada American Association of Petroleum Geologist (AAPG) Annual Convention, yang diselenggarakan pada akhir Maret 2007 yang baru lalu diselenggarakan di Long Beach, Cali-fornia, Robin Hamilton, bersama timnya, akan mempresentasikan sebuah kajian yang me-narik, yang akan menawarkan sebuah play methodology yang diterapkan di perusahaan tersebut.
Presentasi ilmiah yang bertajuk Identifying New Material Hydrocarbon Plays : The Challenge and an Approach ini akan menceritakan ba-gaimana proses prospect generation yang dila-kukan oleh Shell. Menurut Hamilton, pende-katan yang digunakan tersebut antara lain bagaimana menganalogikan metode yang di-gunakan oleh perusahaan-perusahaan migas independen dalam melakukan eksploitasi di mature area.
Yang sedikit mengejutkan adalah kesuk-sesan Shell dalam membuktikan 80 play concept-nya, yang menghasilkan rata-rata 500 MMB-OE, bukan didorong (drive) oleh teknologi saat ini, tapi lebih didominasi oleh kemampuan mengembangkan model geologi, seperti yang dikatakannya bahwa What was the critical success factor? New technology didn’t make the top of the list. By far the predominant factor across the board was the development of a new geological model.
Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah faktor keberuntungan merupakan kunci sukses yang kedua.. ”…..And the second was serendipity — plain luck,” kata Hamilton
Lebih jauh Hamilton akan menjelaskan bahwa banyak play concept dihasilkan karena terinspirasi oleh operator-operator independen kecil yang melakukan kegiatan eksploitasi migas di area yang sudah mature.
Saat beberapa tim melakukan studi untuk mengembangkan konsep-konsep baru dalam mendapatkan prospek migas baru di frontier area, besar sekali jurang pengetahuan atau gaps in knowledge yang berhubungan dengan geologi cekungan dan petroleum system. Namun demikian, justru pada area yang disebut intellectual white space inilah play concept yang baru banyak dikembangkan. Bahkan tidak hanya intellectual white space tetapi juga technical white space, karena minimnya data yang dapat digunakan untuk menganalisa geologi cekungan tersebut.
Salah satu cara mengembangkan play concept baru adalah dengan melihat secara regional berdasarkan pemahaman teknis yang pernah ada di suatu cekungan. Kemudian melakukan analog petroleum system yang mempunyai kemiripan dengan cekungan tersebut. Cara lainnya adalah membandingkan dengan petroleum system yang dihasilkan dari data sumur yang pernah dibor.
Pendekatan Forensik
Pendekatan empiris yang dilakukan Shell banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik, khususnya hal-hal yang banyak tidak diketahui dalam mencari kemungkinan-ke-mungkinan yang sebelumnya tidak terlihat. Kita tidak seperti sedang menggunakan pisau saat memotong kue dalam melakukan kajian petro-leum system, melainkan dengan memaksa kita untuk selalu bertanya dan bertanya. Kuncinya adalah kecepatan dalam menyemai ide-ide baru.
Ketika kita bicara melangkah ke target lebih dalam, maka pertanyaan yang muncul adalah ada apa di sana? Apa kendalanya? Begitu juga ketika kita mau melangkah ke shallow target atau out step, maka dengan cepat kita bisa membanding-kannya dengan konsep-konsep yang pernah di-implementasikan dalam area-area yang sudah produksi.
Metode seperti ini lebih mendekati pende-katan forensic. Misalnya, ketika kita tahu bahwa kita sedang berada pada kondisi geologi deltaic, maka pertanyaan yang muncul adalah berapa maksimum kedalaman kita masih dapat mene-mukan porositas reservoir yang masih ekono-mis.Kadang-kadang tidak setiap langkah seperti ini akan memberikan kesuksesan yang cepat, tetapi paling tidak kita telah melakukan evaluasi yang cepat dalam menghasilkan prospek-prospek baru.
Saat kita berada di alam play baru, itu meru-pakan situasi yang sangat mengesankan to hit the home run…… Apalagi saat kita melakukan pem-boran sumur pertama, yang merupakan ujian pertama terhadap kebenaran konsep kita. Hal yang penting di sini adalah melakukan evaluasi terhadap suatu geological play concept secara cepat.
Pemahaman Geolog
Steve Brachman (pemenang the best oral pre-sentation at the 2006 AAPG Annual Meeting, geologist dari perusahaan minyak Pogo Producing Co. dan saat ini President for Hous-ton Geological Society (HGS), akan mempre-sentasikan mengenai penemuan-penemuan migas pada zona baru di Northern Lafourche Parish, Lousiana sebesar 600 BCF di area yang sudah mature. Pogo bersama mitranya telah menghasilkan 13 sampai 15 prospek baru dan telah membuktikan 10 prospek yang sukses menghasilkan migas pada zona reservoir baru.
Penemuan ini diawali dengan pemahaman geologi regional dengan menggunakan data sumur, log, seismik 2D (dua dimensi) dan data pendukung lainnya. Kriteria yang digunakan adalah fokus pada kompleksitas struktur geologi dan stratigrafi, serta sifat-sifat reservoir dari berbagai zona lapisan. Kompleksitas geologi ini juga telah mendorong untuk me-lakukan survei 3D seismik sebagai pendekatan akhirnya.
Kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan analog antara zona-zona produksi yang telah kita ketahui dengan potensi baru dari hasil studi, sehingga penemuan zona reservoir prospektif yang baru akan menambah peluang terhadap tambahan produksi.
Pendekatan ketiga adalah membandingkan antara produksi dengan potensi yang telah diproyeksikan.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah pendekatan keekonomian saat akan melakukan survey seismik 3D, mengingat investasi yang sangat mahal, terutama saat kita mencari mitra dalam berinvestasi. Kita harus mampu me-yakinkan top management untuk melaksanakan proyek ini karena akan memberi dampak ekonomi yang signifikan.
Pemahaman akan kondisi geologi berdasar-kan kajian data seismik 2D akan menjadi faktor kritis sebelum melakukan investasi untuk survey seismik 3D. Karena hasil survei seismik 3D merupakan penajaman dan peningkatan akurasi dari interpretasi data survei seismik 2D.
Bagaimana di Pertamina
Seperti yang pernah saya singgung dalam artikel Upaya Peningkatan Cadangan Migas (War-ta Pertamina, Desember 2006 ), bahwa di Direktorat Hulu, khususnya di PT Pertamina EP, telah dibentuk beberapa proyek akselerasi yang bertujuan untuk mempercepat penemuan cadangan baru, peningkatan produksi dan optimalisasi produksi dari lapangan-lapangan yang sudah mature (brown field).
Percepatan eksplorasi up side potential di area Pondok Tengah dan shallow target di area Cepu, merupakan bentuk pencarian cadangan migas baru pada area-area yang sudah mature, dengan mengembangkan konsep-konsep geologi baru.
Penemuan migas pada zona reservoir baru, seperti pada lapisan conglomerates Formasi Pre-Talang Akar (Pre TAF) di sumur PDT-09, merupakan bukti masih banyak peluang yang dapat dikembangkan untuk mendapatkan cadangan baru melalui intensifikasi di daerah yang sudah mature.
Bahkan pada saat tulisan ini diketik, saya mendapat laporan hasil uji kandungan lapisan (UKL) yang pertama di sumur eksplorasi Randegan Utara (RDU)-1 telah ditemukan hid-rokarbon, yang semakin memberi keyakinan pada eksplorasionis untuk terus mengembang-kan konsep-konsep geologi baru melalui studi-studi yang lebih intensif dan terintegrasi.
Sementara pencarian cadangan migas baru melalui intensifikasi dan pengembangan kon-sep-konsep geologi baru di area mature terus digalakkan, Pertamina EP juga tengah giat-giatnya melakukan studi pengembangan pro-yek Enhance Oil Recovery (EOR), yang diawali tahun 2007 ini dan diharapkan sudah mulai melakukan melakukan pilot project beberapa sumur pada tahun 2008. Pada tahun 2009 diperkirakan sudah dapat memberikan kon-tribusinya dan puncaknya diproyeksikan pada tahun 2012 dengan kontribusi puncaknya se-kitar 23,000 BOPD. Beberapa teknologi akan diaplikasikan dalam rangka optimalisasi pro-duksi pada lapangan-lapangan tua ini seperti Water Flooding, injeksi Polymer, dan CO2.
Kabar gembira lainnya adalah berhasilnya Pertamina yang bermitra dengan Statoil (Nor-wegia) mendapatkan blok eksplorasi baru, yaitu Blok Karama, di offshore Kalimantan Timur. Para eksplorasionis menilai blok baru ini adalah lahan yang menantang, yang merupakan Deep Water Area, baik dari sisi operasi (kedalaman laut lebih dari 1000 m), maupun dari sisi target reservoirnya, yang umumnya merupakan sedimen laut dalam. Keberhasilan mengakuisisi blok baru ini dan dalam melakukan penemuan cadangan baru di masa depan akan menjadi-kannya champagne & caviar-nya Pertamina.
Semoga keberhasilan-keberhasilan dalam mendapatkan cadangan baru di area mature, mengoptimalisasikan produksi di lahan-lahan brown field, serta mendapatkan new discovery di blok baru yang penuh resiko ini, merupakan jawaban tepat terhadap beberapa tantangan industri perminyakan saat sekarang, seperti yang disinggung oleh Robin Hamilton di awal tulisan ini.
Senin, 18 Mei 2009
tantangan nencari migas baru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar