Bekerjanya kilang-kilang Pertamina secara optimum, salah satunya tergantung pada pasokan minyak mentah (crude oil) yang kontinyu dan selalu tersedia tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga dan tepat kualitas. Nah, siapa yang mengetahui apa dan berapa kebutuhan optimum kilang-kilang Pertamina ini, selain orang-orang Pengolahan sendiri?
Dengan landasan pemikiran seperti itulah, dibentuk fungsi Pengadaan Minyak Mentah dan Intermedia (Ada MM & I - P) pada Oktober 2006 lalu, di bawah Divisi Perencanaan dan Pengaadaan - Dit. Pengolahan. Fungsi tersebut dijaga oleh Ir. Priyo Utomo, kelahiran Yogya-karta, 3 Maret 1954, sebagai Manajer Pengadaan Minyak Mentah dan Intermedia.
Tugas utama fungsi baru ini adalah mengadakan mi-nyak mentah dan intermedia yang sesuai dengan operasi kilang Pertamina. “Yang kedua, ialah security of supply dari penyediaan minyak mentah maupun intermedia, yang harus dijaga,” kata Priyo, lulusan dari UPN ”Veteran” Yogyakarta tahun 1980.
Selain itu dua tugas lainnya ialah kelancaran proses administrasi dan pembayaran terhadap pemasok dan proses pengadaan yang fair dan menguntungkan Pertamina.
Posisi pengadaan minyak mentah dikenal dua jenis. Pertama, pengadaan domestik, yang berhubungan dengan kontraktor production sharing (KPS) yang ada di bawah BP Migas. Pengadaan ini melalui entitlement, yaitu hak Peme-rintah yang diolah di Pertamina, maupun minyak mentah domestik yang ditawarkan kepada Pertamina melalui negosiasi. Dan yang kedua, karena shortage growth untuk minyak mentah, maka Pertamina juga mengadakan minyak mentah dari luar (impor). “Yang terakhir ini ada dua cara juga , yaitu“terms dan“spot. Terms itu merupakan kontrak berjangka yang biasanya satu tahun kepada perusahaan afiliasi Pertamina, atau langsung dari Producer. Sedangkan cara spot, yaitu dengan membeli langsung dari pasar dengan melalui proses lelang,” tutur alumnus BPST angkatan VII tahun1981 yang memulai karirnya di UP II Dumai.. Semua ini dalam rangka strategi menjaga stabilitas harga dan memperoleh kontinyuitas pasokan serta proses pengolahan yang optimum pada kilang-kilang Pertamina.”
Dalam tugasnya ini, Priyo melihat permasalahan utamanya terletak pada komunikasi yang baik dengan fungsi-fungsi lain. “Karena kilang harus jalan terus-menerus, sementara pengadaan minyak harus kita maintain secara terus-menerus juga,” imbuhnya lagi.
Selain minyak domestik yang harus diatur, Priyo juga harus memonitor minyak impor yang datang dari jauh, seperti dari Timur Tengah atau Nigeria. “Kita harus terus memonitor mereka saat mereka loading minyak dari tangki ke kapal, sampai posisi di mana mereka berada, agar diperoleh kepastian baik untuk keperluan kilang maupun ketepatan proses administrasi” jelas Priyo yang hobi bermain musik ini.
Dalam pekerjaannya ini, fungsi yang dipimpinnya banyak bekerjasama dengan berbagai pihak antara lain : fungsi-fungsi internal seperti Perencanaan Operasi-P, Supply Chains BBM, Perkapalan, Keuangan, SDM dan Hukum serta unit-unit operasi setempat.”Sedangkan dengan fungsi external, kerjasama juga harus dijaga dengan baik seperti dengan BP Migas dan KKKS (dalam weekly ship coord. meeting), dan dengan para pemasok. Priyo menegaskan dalam tugasnya ini terkadang juga terdapat konflik, namun konflik tersebut harus bisa diselesaikan dengan pendekatan profesional ataupun melalui proses negosiasi. “Misalnya dari pemasok menetapkan tanggal 5. Kemudian berubah menjadi tanggal 20. Nah, itu jadi persoalan, karena perubahan tersebut akan merusak perencanaan operasi kilang. Sehingga kami harus menegosiasikan tanggal berapa yang tepat, tanpa mengganggu jalannya operasi kilang,” cerita Priyo Utomo memberikan contoh.
Memandang kembali tugas yang saat ini dipegang, Priyo mengakui cukup berat, apalagi merintis fungsi yang sama sekali baru di Direktorat Pengolahan. “Namun berkat dukungan Manajemen Dit. Pengolahan dan dorongan atasan langsung, memotivasi saya untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan pada saya, dan saya laksanakan semaksimal mungkin,” katanya sembari menceritakan awal ia harus membangun fungsi baru ini. “Untungnya saya mempunyai jaringan komunikasi yang baik dengan kawan-kawan di fungsi lain, sehingga banyak yang membantu terutama dalam tata kerja organisasi dan rekrutmen orang-orangnya. Secara operasional pun kami dibantu oleh kawan-kawan dari fungsi Niaga MM & BBM maupun SBTI, sehingga secara bertahap pekerjaan ini dapat kami kuasai sepenuhnya .“
Ia juga menjelaskan bahwa di fungsi Pengadaan MM/I, ia bersama jajarannya berusaha menghapus sistim komunikasi dengan hard copy, dan menggantinya melalui komunikasi elektronik lewat e-mail, ternyata lebih cepat dan efisien. ”Selain itu, sekarang kami masih membangun sistim lelang MM/I dengan system E-Proc (electric procurement),” demikian tandas Priyo yang mahir bermain saxofone dan flute dalam band keluarga bersama anak-anaknya.
0 komentar:
Posting Komentar